Setiap pelayanan, sebaik apapun ia dirancang memiliki kemungkinan untuk mengalami masalah atau kegagalan. Hal ini disebabkan perubahan lingungan yang begitu dinamis sehingga banyak variabel yang luput dari perhitungan karena belum relevan ketika layanan dirancang. Oleh karena itu, kegagalan pelayanan adalah hal yang wajar dengan syarat diikuti dengan upaya pemulihan. Dengan kata lain, kegagala pelayanan dapat ditolerir tetapi tidak boleh diabaikan.

Organisasi yang baik sangat menyadari hal ini dan oleh karena itu memperlengkapi diri dengan mekanisme recovery yang akan berguna jika sewaktu-waktu pelayanan mengalami kegagalan. 

Pada prinsipnya, pemulihan layanan adalah upaya untuk mengantisipasi kemungkinan permasalahan atau permasalahan pelayanan yang sudah terjadi agar kepercayaan pengguna layanan dapat dikembalikan. Diperlukan pemberian kewenangan kepada seluruh pegawai pada semua level untuk menginisiasi proses pemulihan pada momen disadarinya potensi atau moment terjadinya masalah tanpa menghiraukan siapa penaggung jawab pelayanan yang bermasalah tersebut. 

Menjalankan sebuah inovasi atau perubahan seperti SFR penuh dengan tantangan. Berbagai variabel perlu diperhatikan. Setidaknya ada beberapa faktor kunci yang perlu mendapat perioritas karena sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan suatu proses perubahan. 

SFR memilki peran yang sangat penting dalam organisasi. Dengan SFR pimpinan dan anggota organisasi dapat memastikan bahwa permasalahan sekecil apapun akan mengemuka untuk diselesaikan sehingga pengguna layanan akan percaya dan menghargai upaya pelayanan yang ditunjukkan. 

Terdapat beberapa bentuk pemulihan pelayanan yang bisa dipilih sesuai kondisi dan kebutuhan organisasi. Disarankan memilih yang paling praktis diimplementasikan, segera implementasikan dan kostumisasi sesuai kebtuhan.

Meskipun SFR merupakan praktik cerdas di sektor swasta, namun tidak ada halangan bagi organisasi pemerintah untuk mengadopsi atau mengadaptasikannya.